Senin, 03 Januari 2011

EFISIENSI CELL MEMBRANE DALAM MIGRASI ION PADA PROSES ELEKTROLYZER

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Tugas Khusus

EFISIENSI CELL MEMBRANE DALAM MIGRASI ION PADA PROSES ELEKTROLYZER DI CHLOR ALKALI SECTION

PT.LONTAR PAPYRUS PULP AND PAPER INDUSTRY

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada

Program Diploma III Kimia Industri dan Analisis Kimia

FKIP Universitas Jambi


Oleh :

ABDI SILABAN

F0A007016

KIMIA INDUSTRI

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI DAN ANALISIS KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2010




BIOGRAPHY


PERSONAL DATA

Name : Abdi Silaban

Place, Date of Birth : Teluk Sialang, November 11st 1989

Address : Lintas Kuala Tungkal-Jambi street No:11, Betara

Education : Industry Chemistry of Jambi University 2007

NIM : F0A007016

GPA : 3,86

E-mail : abdi_silaban@yahoo.com

Facebook : abdi silaban

Motto : Do the best because

FORMAL EDUCATION

Senior High School : SMAN 1 Kuala Tungkal (2004-2007)

Junior High School : SMP N 1 Betara (2001-2004)

Elementary School : SDN 288 Betara (1995-2001)

ORGANIZATION EXPERIENCE

1. Member of HIMAKITA (Himpunan Mahasiswa Kimia Terapan) from 2007 to 2010.

2. Member of KSR PMI UNIT UNJA from 2008-2010




EFISIENSI CELL MEMBRANE DALAM MIGRASI ION PADA PROSES ELEKTROLYZER DI CHLOR ALKALI SECTION

PT.LONTAR PAPYRUS PULP AND PAPER INDUSTRY

4.1 Pendahuluan

4.1.1 Latar Belakang

PT.Lontar Papyrus Pulp and Paper Industry merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri pulp ( bubur kertas ). Metoda pembuatan pulp yang digunakan diperusahaan adalah proses kraft, dimana bahan baku yang digunakan adalah Acasia Mangium yang diperoleh dari HTI PT.WKS. Disamping pembuatan pulp PT.Lontar Papyrus Pulp and Paper Industry juga memproduksi bahan chemical yang mendukung proses pembuatan pulp, seperti NaOH, Cl2, H2 dan lainnya. Pembuatan bahan – bahan chemical tersebut diproses pada departemen CMP ( Chemical Making Plant ), seksi CA ( Chlor Alkali Section ). Pada seksi Chlor Alkali Section bahan dasar garam yang berasal dari Australia diproses dengan meleburkan kristal – kristal garam menjadi brine ( air garam ) yang akan diproses selanjutnya menjadi NaOH, Cl2 dan H2 pada NaOH treatment.

Pada seksi NaOH treatment, brine yang dikirim akan diproses menggunakan alat Membrane Gab Cell Elektrolyzer. Elektrolyzer merupakan salah satu proses menghasilkan produk dengan merubah energi listrik menjadi energi kimia yang menggunakan Ion Exchange Membrane. Ion Exchange Membrane ( selaput penukar ion ) yang mencegah mengalirnya ion Cl- keruang katoda dan mencegah sebagian besar ion OH- keruang anoda, namun mampu meloloskan Na+.

Ion OH- yang dihasilkan di katoda berikatan dengan ion Na+ dan air membentuk larutan NaOH 32% yang meninggalkan cell sebagai produk. Tetapi tidak semua ion OH- yang dihasilkan dari katoda meninggalkan ruang katoda melalui Discharge Nozzle. Medan listrik yang terjadi diantara Anoda dan Katoda memberikan Driving Force kepada ion OH- untuk menuju anoda. Back Migration ion OH- ini sebagian besar dapat dicegah oleh Ion Exchange Membrane. Fraksi ini mengalami Back Migration menembus membrane dikonsumsi dalam reaksi – reaksi samping ( by produck reaction ). Fraksi dari ion OH- yang meninggalkan Elektrolyzer dalam bentuk NaOH produk disebut Caustic Current Efficiency. Ketika gas hidrogen dan NaOH terbentuk diruang katoda, produk ini mengalir keluar Elektrolyzer. Di pipa tee diluar elektrolyzer, campuran – campuran fasa tersebut dipisahkan. Gas Hidrogen terkumpul disebelah atas dalam sebuah Header dengan tekanan 300 - 350 mm H20 dan mengalir keluar cellroom menuju battery limits. Caustic jatuh dari tee dan mengalir menuju Caustic Circulation Tank.

Rancangan sirkuit elektrolisa didesain memenuhi kapasitas produksi NaOH 100% 130 ton/hari, berdasarkan Current Density 3,75 KA/m2 dan Caustic Current Efficiency 94 - 96%.

Area elektrolyzer terdiri dari 34 set monopolar Membrane Gap Cell ( MGC ) Elektrolyzer dipasang secara seri. Masing – masing Elektrolyzer mempunyai 20 single Anode Compartment ( kompartemen Anoda Tunggal ) 20 single Cathode Compartment dan 20 membrane Operating Current Density dari ke 20 cell Elektrolyzer akan sebesar 2,75 KA/m2. Temperatur catholyte ( caustic yang keluar ) dan anolyte ( brine yang keluar ) keluar dari Elektrolyzer akan dijaga pada 88 - 900C dan 85 – 870C. Rancangan Sirkuit berikut dipilih untuk kapasitas produksi maksimal NaOH 130 ton/hari, berdasarkan current density 3,75 KA/m2 dan caustic current efficiency 96%.

Brine umpan dan NaOH umpan yang mengalir ke Cellroom langsung menuju ke 34 elektrolyzer. Aliran Brine dan NaOH ke masing – masing elektrolyzer dikontrol oleh rotameter. Brine dan NaOH masuk ke elektrolyzer dari bawah/dasar sewaktu aliran naik menuju ruang anoda dan cathoda, Cl2 diproduksi di anoda.

4.1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengaruh feed brine dan feed caustic yang masuk dalam Elektrolyzer

2. Mengetahui kondisi optimum pH pada feed brine yang masuk dalam Elektrolyzer

3. Mengetahui efisiensi membrane dalam penukaran ion pada proses Elektrolisa

4. Untuk mengetahui fungsi cathode dan anode pada Elektrolyzer

4.1.3 Manfaat

Dengan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis mendapatkan pengalaman kerja dan menambah serta meningkatkan keterampilan dalam menggunakan alat dan proses khususnya pada proses Elektrolyzer sehingga dapat dijadikan modal untuk bekerja kelak.

4.1.4 Ruang Lingkup

Fokus permasalahan dalam laporan praktek kerja lapangan ini terletak pada NaOH unit, dengan bahasan meliputi efektifitas cell membrane dalam migrasi ion pada proses Elektrolyzer.

Lokasi dan waktu Praktek Kerja Lapangan

Penelitian dilakukan di PT.Lontar Papyrus Pulp and Paper Industry, kecamatan Tebing Tinggi, kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, tepatnya pada :

Departemen : Chemical Plant

Seksi : Chlor Alkali Section

Unit : NaOH Unit

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan berlangsung selama 3 bulan dari 1 Maret 2010 sampai dengan 31 Mei 2010

4.2 Tinjauan Pustaka

4.2.1 Membrane Gap Cell Elektrolyzer

MGC Elektrolyzer akan memproduksi Cl2, NaOH dan H2 dari larutan brine jika diberi energi dalam bentuk listrik arus searah. Oleh karena itu proses ini adalah proses elektrolisa dan merupakan salah satu bentuk dari reaksi elektrokimia.

Sel didefinisikan sebagai suatu ruang yang mengandung elekroda dan elektrolit. Untuk reaksi elektrokimia dari larutan NaCl, sebuah sel harus terdiri dari komponen utama sebagai berikut :

A. Elekroda positif, disebut Anoda

B. Elektrolit didalam ruang anoda yaitu larutan NaCl dengan konsentrasi 287,4 gpl, disebut Anolyte

C. Elektroda negatif disebut katoda

D. Elektrolit didalam ruang katoda yaitu larutan NaOH dengan konsentrasi 29,15 %, disebut Catholyte

E. Membrane dengan bahan kain linem digunakan untuk mengaja anolyte dari catholyte tetap terpisah.

Sebuah elektrolyzer merupakan suatu rakitan dari dua atau lebih sel kedalam satu unit operasi. Sebagaimana namanya MGC ( Membrane Gap Cell ) Elektrolyzer, anoda dan katoda dari masing – masing sel hanya dipisahkan oleh ketebalan membrane.

Reaksi elektrokimia berlangsung dalam bentuk elektrolisa dari NaCl dan air menghasilkan Cl2, H2, dan NaOH sesuai dengan stoikhiometri berikut :

2 NaCl(aq) + 2 H2O(aq) = 2 NaOH(aq) + Cl2(g) + H2(g)

Reaksi keseluruhan diatas dapat dipecahkan menjadi reaksi – reaksi yang terjadi dikatoda dan anoda.

2 H2O(l) + 2 e- = H2(g) + 2 OH- ( terjadi di katoda )

2 Na+ + 2 OH- = 2 NaOH(aq)

2 Cl- = Cl2(aq) + 2 e- ( terjadi di anoda )

Didalam sel elekrolisa komersial bukan hanya pada pembentukan produk, tetapi juga pada pemisahan produk ( elektrolit ) didalam sel. Membrane Gab Cell Elektrolyzer menggunakan membrane penukaran ion untuk mengefektifan pemisahan ini. Membrane penukar ion mencegah lewatnya ion Cl- keruang katoda dan mencegah lewatnya sebagian besar ion OH- keruang anoda. Membrane hanya memberikan ion Na+ untuk lewat dan membawa arus dari anoda ke katoda.

Ion OH- yang diproduksi dikatoda akan bergabung dengan ion Na+ membentuk larutan NaOH yang meninggalkan sel elektrolisa sebagai produk. Tetapi tidak semua ion OH- yang diproduksi tersebut meninggalkan ruang katoda, melalui nozzle buang, sebagai NaOH. Medan listrik yang terbentuk antara anoda dan katoda memberikan gaya dorong untuk memindahkan ion ke anoda. Tetapi sebagaian besar back migration dari ion OH- tersebut dapat dicegah oleh membrane penukar ion. Fraksi dari ion OH- yang berhasil menembus membrane menuju ruang anoda akan dikonsumsi dalam bentuk hasil samping didalam anolyte. Kemampuan membrane didalam mencegah back migration akan berkurang sesuai umur membrane.

Larutan garam murni dari storage tank dialirkan ke sel elektrolisa, dimana arus AC ( bolak – balik ) diubah menjadi DC ( searah ) oleh Rectifier. Larutan garam dengan konsentrasi 290 – 310 gpl diumpankan bersama NaOH 32% kedalam elektrolyzer sehingga dihasilkan anolyte, gas klor dikutub positif, dikutub negative NaOH dan H2. NaOH yang dihasilkan memiliki konsentrasi 32% dengan temperatur 900C, lalu didinginkan sampai temperature 750C. NaOH ini disimpan dalam storage tank.

Selama proses elektrolisa berlangsung pada elektrolyzer berkemungkinan masuknya pengotor – pengotor yang dapat menghambat kinerja dari perangkat elektrolyzer, antara lain resin yang terbawa oleh brine, besi – besi kecil yang tidak bersih selama proses assembly, dan yang lain – lain, sehingga ada salah satu sisi katoda atau anoda bahkan bisa juga membrane yang bocor. Dengan demikian maka diperlukan adanya pergantian dari elekrolyzer yang rusak ataupun bocor, dengan tujuan untuk melepaskan satu elektrolyzer dari circuit cell dengan benar tanpa mengganggu produksi. Langkah yang pertama kali diambil adalah jumper switch, dimana arus listrik yang mengalir dipindahkan ke jumper switch tanpa mengganggu produksi ke elektrolyzer yang lain. Adapun langkah – langkah jumper switch antara lain sebagai berikut :

I. Pemasangan jumper switch

a. Pasang anti sag support beam pada elektrolyzer ( tidak dipasang jika hanya perbaikan line caustic / line brine )

b. Angkut dan angkat jumper switch dengan vertical elektrolyzer lifting rig keposisi elektrolyzer yang akan dijumper

c. Pastikan jumper switch bekerja dengan baik

d. Pastikan posisi jumper switch sudah benar dengan melihat waterpas pada posisi kiri, kanan, dan depan

· Pastikan dudukan katoda/anoda adapter arm telah center dengan dudukan intercell, dilakukan dengan meletakkan busbar plate

· Pasang copper anoda adapter arm dan copper katoda adapter arm. Bersihkan dengan amplas pada sisi bawah dan berikan grase

· Pastikan dudukan copper anoda ( katoda ) adapter arm dengan anoda ( katoda ) adapter arm dan dudukan intercell tidak ada gab

· Jika ada gab dapat dialigment dengan warm gear / jack jumper switch

e. Pasang selang cooling water katoda / anoda distributor pada busbar in dan out dan selang anoda / katoda adapter arm in dan out

f. Kencangkan kedudukan koper anoda / katoda adapter arm dengan baut

g. Pasang selang suplai angin dan dua selang water inlet serta selang water outlet. Sebelum dipasang selang tersebut terlebih dahulu drain angin dan udara sampai tidak ada impuritisnya

h. Buka valve water supplay sampai 20 – 30 gpm

i. Pastikan langkah a s/d h dilakukan dengan benar

II. Pengoperasian jumper switch

A. Switch closed

1. Purging N2 kedalam elektrolyzer melalui valve sample point gas H2 dan Cl2

2. Naikkan flow brine pada elektrolyzer yang akan dijumper

3. Lakukan jumpering dengan langkah – langkah berikut : Buka valve suplai angin ke jumper switch sampai tekanan 90 – 110 psi. Operasikan switch dari posisi switch open keposisi closed. Pastikan switch ke 1, 2, 3 dan 4 didalam jumper switch bekerja dengan baik. Tutup valve suplai angin dan drain sisanya.

4. Check voltage elektrolyzer yang dijumper jika voltage mendekati 0, jumper switch bekerja dengan baik

5. Naikkan flow caustic

6. Tunggu 30 menit sampai habis free Cl2 dalam anolyte

7. Selama jumper switch masih posisi closed ( beroperasi ), lakukan pengontrolan air pendingin, pastikan air pendingin outlet jumper switch tidak terlalu panas. Kontrol / jam.

B. Switch open

1. Pastikan kondisi elektrolyzer siap untuk di start

2. Pastikan kembali water inlet bekerja dengan baik dan water outlet tidak panas lagi. Jika panas tambah flow water inlet secukupnya

3. Buka suplai angin sampai tekanan 90 – 110 psi

4. Lakukan pengoperasian swicth keposisi OPEN

5. Check voltage elektrolyzer yang dijumper

6. Tutup suplai angin dan drain sisanya

7. Biarkan jumper switch tetap berada pada elektrolyzer sampai dengan 1 hari

III. Pelepasan jumper switch

Lakukan seperti layaknya pemasangan, hanya saja yang dilakukan adalah pelepasan. Usahakan jumper swicth jika telah terlepas dipindahkan pada posisi elektrolyzer yang lain yang mempunyai indikasi mencurigai, bila perlu lakukan pemasangan jumper switch dan standby kan.

Setelah melakukan jumper switch, maka dapat dilakukan pelepasan elektrolyzer yang rusak dari circuitnya karena arus listrik sudah dialihkan ke jumper switch dan diteruskan ke line normal elektrolyzer tanpa mengganggu proses produksi berlangsung. Adapun langkah dari pelepasan dari elektrolyzer yang rusak adalah sebagai berikut :

1. Pasang jumper switch secara lengkap

2. Pisahkan elektrolyzer dari Cl2 / anolyte header

3. Stop aliran brine dan caustic ke elektrolyzer yang akan diganti

4. Pisahkan elektrolyzer dari H2 header

5. Stop PURGIN

6. Drain elektrolyzer

7. Lakukan disconnection / pelepasan feed brine flange, feed caustic flange, anolyte outlet flange, catholyte outlet flange dan intercell bus lifting distributor bus

8. Angkat elektrolyzer dengan vertical elektrolyzer lifting rig / overhead crane

9. Lakukan flushing dengan DI WATER

Setelah pelepasan satu set elektrolyzer maka dilakukan assembly untuk menggantikan elektrolyzer yang telah dibuka. Adapun langkah - langkah pemasangan assembly elektrolyzer antara lain sebagai berikut :

1. Semua bagian sudah siap, membrane telah direndam dalam DI water, katoda dan anoda telah dilakukan greasing dan gasketing, proses assembly telah lengkap

2. Current distributor Aligment Fixture telah siap

3. Bersihkan area

4. Pasang Back bulkhead pada current distributor Aligment fixture

5. Pasang top dan bottom guide rod insulator

6. Pasang bulkhead insulator

7. Pasang current distributor assembly kanan

8. Pasang cathode end spacer

9. WD-40 pada cathode kanan

10. Pasang cathode kanan ( mesh menghadap keatas )

11. Pasang anode manifold end spacer dengan shimp

12. Pasang membrane yang telah direndam dalam 2 % caustic, sisi CATH pada membrane menghadap kebawah

13. Pasang anode kanan, mesh menghadap kebawah

14. Pasang current distributor assembly kiri

15. Pasang manifold seal ring / manifold ring pada anode kanan

16. Pasang anode kiri, mesh menghadap keatas

17. Pasang manifold spancer ( spancer pertama dengan page valve ) pada cathode kanan

18. Pasang membrane

19. WD-40 pada cathode kiri

20. Pasang cathode kiri, mesh menghadap kebawah

21. Pasang current distributor assembly kanan

22. Pasang manifold seal ring / manifold ring pada cathode kiri

23. WD-40 pada cathode kanan

24. Pasang cathode kanan, mesh menghadap keatas

25. Pasang manifold spacer ( spacer pertama dengan punge valve ) pada anode kiri

26. Pasang membrane yang telah direndam dalam 2 % caustic, sisi CATH pada membrane menghadap kebawah

27. Pasang anode kanan, mesh menghadap kebawah

28. Pasang current distributor assembly kiri

29. Ulangi step 15 – 21

30. Ulangi step 22 – 28

31. Pasang feed/dischange bulkhead dengan bulkhead insulator

32. Pasang manifold stud

33. Pasang feed end discharge manifold

34. Pasang tie rod assembly

35. Lakukan pengencangan / torque

36. Pasang blind storage flange untuk sealing moisture

37. Lakukan re-torque

38. Pasang bus Anti-sag support Assembly

Setelah assembly selesai dan telah dites kebocorannya maka dilakukan pemasangan kembali pada circuit yang telah dilepas. Adapun langkah – langkah pemasangan elektrolyzer pada circuit adalah sebagai berikut :

1. Bersihkan dan berilah grase pada distributor bus

2. Drain elektrolyzer

3. Angkat elektrolyzer keposisi pemasangan menggunakan vertical elektrolyzer lifting ring / overhead crase

4. Lakukan proses penyambungan kembali terhadap anolyte outlet flange, catholyte outlet flange, caustic feed flange, brine feed flange dan intercell bus distributor bus

5. Lakukan connection suplai N2 dan udara

6. Isi elektrolyzer dengan caustic dan brine sampai overflow pada keran sample point masing – masing caustic dan brine

7. Start PURGING N2 dan udara

8. Atur ulang caustic dan brine, tunggu sampai kondisi star up tercapai, kemudian naikkan flow feed brine

9. Lakukan Jump-in / posisi OPEN

10. Check voltage, pastikan voltagenya lebih rendah atau sama dengan yang lama

11. Stop purging

12. Lakukan analisa orsat

13. Stop suplai angin

14. Check kondisi operasi

15. Turunkan flow cooling water secukupnya biarkan online hingga katoda dan anoda adapter dilepas

16. Pastikan setelah satu hari baru dilakukan pelepasan Jumper switch dari elektrolyzer tersebut

17. Diskoneksi bus anti-sag support beam

4.2.2 Feed Brine

Aliran feed brine kemasing – masing Elektrolyzer dimonitor oleh sebuah rotameter dan laju aliranya dikontrol dengan kran manual. Brine umpan masuk pada bagian bawah masing – masing ruang anolyte. Selama brine mengalir keatas secara kontinyu didalam ruang anolyte, selama waktu itu pula brine dielektrolisa, dan depleted brine keluar dari Membrane Gap Cell Elektrolyzer.

Selama operasi normal, sangat penting untuk menjaga konsentrasi NaCl didalam brine umpan dan laju alirannya ke masing – masing Elektrolyzer. Jika tidak, maka depleted brine yang keluar dari Elektrolyzer akan tidak pada konsentrasi yang benar dan dapat merusak membrane.

Hanya brine yang sangat murni boleh diumpankan kedalam Membrane Gap Cell Elektrolyzer selama operasi normal, jika tidak, performansi akan sangat terganggu. Impurities terlarut didalam brine umpan, kalau berada dalam anolyte dapat berdifusi kedalam membrane, dalam jumlah yang kecil mungkin tidak berbahaya, tetapi ada resiko kemungkinan bereaksi dengan NaOH membentuk senyawa – senyawa yang tak larut dalam suasana basa didalam permukaan membrane sel katoda. Pengendapan senyawa – senyawa tak terlarut tersebut kedalam sisi membrane akan merusak membrane secara permanen. Berkurangnya efisiensi membrane secara perlahan – lahan seiring dengan masa pakai adalah normal dan biasanya merupakan akumulasi impurities secara perlahan didalam membrane selama periode waktu yang panjang.

4.2.3 Feed caustic

Produk NaOH dengan persen berat yang diinginkan kembali, secara grafity dari header pengumpul di cellroom ke tangki sirkulasi NaOH yang biasanya terletak disebuah pit diluar tidak jauh dari cellroom. Ukuran tangki sirkulasi NaOH biasanya membolehkan kapasitas aliran yang luas antara level cairan yang normal dan overflow, berdasarkan laju alir produk rancangan.

Sebagian NaOH yang berasal dari Elektrolyzer direcycle oleh pompa sirkulasi NaOH ke heater / cooler NaOH dan kembali ke Elektrolyzer sebagai feed caustic. Air bebas ion diinjeksikan kedalam NaOH yang kembali kecellroom untuk menjaga neraca air Elektrolyzer. Produk NaOH dipompa keevaporator atau tanki penyimpanan sebelum air bebas ion ditambahkan kealiran resirkulasi. Dalam hal emergency shut down, emergency power tersedia untuk pompa sirkulasi. Pengontrol motor harus diletakkan ditempat yang masih dapat dijangkau apabila pit-nya kebanjiran. Kran pengontrol pompa produksi juga sebaiknya diletakkan disana.

Aliran NaOH produk normalnya dikontrol oleh sebuah sistem pengontrol level yang masih dipasang ditangki sirkulasi NaOH. Sebuah pipa pembuangan ( optimal ) dapat dipasang untuk mengirim NaOH berkhlorida tinggi kesebuah vesel penyimpanan alternatif jika diinginkan. Kandungan khlorida yang tinggi terjadi selama shut down disebabkan naiknya perpindahan melalui membrane. Sebagian besar NaOH yang dipompa dari tanki sirkulasi NaOH diencerkan dengan air bebas ion sebelum dipanaskan/didinginkan dan kembali ke Elektrolyzer. Lajualir recycle yang tinggi bertujuan untuk menjaga temperatur cell dan memperkecil perbedaan konsentrasi ( concentration gradient ) didalam cell. Air bebas ion, normalnya pada kontrol aliran dan set point, harus diubah jika produksi cellroom diubah guna menjaga konsentrasi produk tetap konstan.

Sistem ini terdiri dari dua kontroler yang dihubungkan seri untuk menjamin bahwa batas – batas temperatur umpan NaOH ke Elektrolyzer tetap terpelihara, ketika mencapai kontrol temperatur NaOH yang kembali dari Elektrolyzer. Sistem pengontrol ganda ini sangat berguna terutama dalam start-up dan shut down untuk mencapai temperatur cell secara benar.

Sensor temperatur pada pipa outlet NaOH ( catholyte ) mengirim sinyal kekontroler pertama, yang pada gilirannya akan mengirim sinyal output kekontroler kedua berdasarkan hasil yang diinginkan ( misalnya : lebih banyak steam untuk pemasaran ), kontroler kedua lalu mengirim sebuah sinyal output kekonverter yang kemudian mengirim sebuah sinyal ke steam/cooling water solenoid control valve. Tetapi sebelum mengirim sinyal, kontroler kedua melihat sinyal output dari kontroler pertama dan menentukan apakah sinyal yang diinginkan berada dalam batas – batas yang diinginkan untuk temperatur NaOH umpan, berdasarkan pada kondisi yang ada seperti ditunjukkan oleh transmitter temperatur kedua ( misalnya : NaOH umpan telah berada pada temperatur maksimum yang diizinkan ). Jika temperatur NaOH umpan telah berada pada batas maksimum atau minimumnya, kontroler kedua mengatur sinyal aktual kekran pengontrol steam/air pendingin yang bersesuaian.

Adapun spesifikasi feed caustic yang masuk kedalam elektrolyzer ketika star up adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Spesifikasi caustic ketika star up

Spesifikasi

Satuan

NaOH

30 – 32 %

Fe

≤ 1 ppm

Hg

≤ 10 ppb

Cl-

≤ 50 ppm

NaClO3

≤ 40 ppm

SO4

≤ 30 ppm

Ni

≤ 1 ppm

Ca + Mg

≤ 0,5 ppm

SiO2

≤ 40 ppm

Al

<>

Metal + Pb

<>

Setelah meninggalkan heater/cooler, NaOH yang kembali ke Elektrolyzer biasanya dikontrol oleh sebuah kran pengonrol oleh sebuah kran pengontrol tekanan untuk menjaga tekanan suplai yang konstan kemasing – masing rotameter Elektrolyzer.

4.2.4 Pertukaran ion ( migrasi ion )

Cell Elektrolisa bukan hanya pada pembentukan produk, tetapi juga pada pemisahan produk. Elektrolyzer menggunakan membrane penukaran ion untuk mengefektifkan pemisahan ini. Membrane pada Elektrolyzer berfungsi sebagai penukar ion untuk mengefektifkan pemisahan. Membrane penukar ion mencegah lewatnya ion Cl- keruang katoda dan mencegah lewatnya sebagian besar ion OH- keruang anoda. Membrane hanya membiarkan ion Na+ untuk lewat dan membawa arus dari anoda kekatoda.

Ion OH- yang diproduksi dari katoda akan bergabung dengan ion Na+ membentuk larutan NaOH ( produk ) yang meninggalkan sel elektrolisa. Tidak semua ion OH- yang diproduksi meninggalkan ruang katoda, melalui nozzle buang sebagian NaOH. Dengan adanya bantuan medan listrik yang terbentuk antara anoda dan katoda memberikan gaya dorong untuk memindahkan ion OH- keanoda. Tetapi sebagian besar back migration dari ion OH- tersebut dapat dicegah oleh membrane penukar ion. Ion OH- yang menghasil menembus membrane menuju ruang anoda akan dikonsumsi dalam reaksi samping didalam anolyte.

4.2.5 Membrane

Membrane adalah kain tipis yang merupakan salah satu komponen utama dari elektrolyzer, dimana membrane berfungsi untuk menjaga anolyte dan catolyte tetap terpisah. Membrane terbuat dari linem yang berukuran 1,575 x 1,143 dengan ketebalan dibawah 1 mm. Membrane yang dipakai pada elektrolyzer ini berasal dan dibuat dari Amerika ( Dupont/Napion ) dengan tipe N966TX/NA CATHMD atau Jepang ( Asain ) dengan ISO yang telah diakui. Membrane buatan Amerika yang terbuat dari bahan linem ini dengan standar pemakaian 3 tahun. Akan tetapi membrane ini dapat bertahan sampai 4 tahun bahkan lebih. Pemakaian membrane dapat bertahan dengan baik apabila pemasangan dan pemeliharaan dengan benar sesuai dengan petunjuk operasi dari sebuah pabrik.

Ada banyak sistem sel dikenal dan digunakan untuk serta memiliki beberapa karakteristik umum. Dengan demikian, secara umum, sel - sel elektrolisis yang digunakan untuk produksi kaustik dan klorin terdiri dari kompartemen, ditetapkan sebagai kompartemen anoda dan katoda. Anoda wadah melayani untuk dekomposisi elektrolisis dari air garam air, seperti larutan NaCl menurut persamaan di bawah ini:

2Na+ + 2Cl 2Na+ + Cl2 + 2e-

Sementara di kompartemen katoda, elektrolisis air terjadi sesuai dengan persamaan di bawah ini:

2 H2O( l ) + 2 e- H2(g) + 2 OH-

Ion natrium dari kompartemen anolyte menggabungkan dengan ion hidroksil yang dihasilkan dalam kompartemen katolyte dihasilkan dalam pembentukan suatu larutan sodium hidroksida air seperti yang ditunjukkan dalam persamaan

Na+ + OH - NaOH

Selama bertahun - tahun, diafragma berpori digunakan untuk memisahkan kompartemen anoda dan katoda. Diafragma berfungsi untuk memisahkan sel produk gas dan air garam diizinkan mengalir dari anoda ke kompartemen - kompartemen katoda. Transportasi air garam di diafragma yang disediakan jalur listrik untuk migrasi ke ion natrium kompartemen katoda. Produk kaustik terbentuk dalam kompartemen katoda adalah terbatas pada konsentrasi 12% dan telah terkontaminasi dengan garam yang dihasilkan dari aliran air garam di diafragma. Produk kaustik dengan konsentrasi rendah kemudian dipekatkan dengan penguapan kristalisasi untuk nilai komersial yang mengandung 50% kaustik, garam terkontaminasi dengan 1%.

Dalam beberapa tahun terakhir, sel membran telah dikembangkan, di mana diafragma berpori telah digantikan dengan bahan membran. Ini mengizinkan transportasi ion natrium dari kompartemen anoda ke katoda kompartemen, tapi mencegah pengalihan solusi air garam. Perkembangan ini telah menyediakan sarana untuk produksi kaustik dengan konsentrasi yang tinggi.

Penggunaan membran-sel elektrolitik dilengkapi tidak menyebar luas di masa lalu karena masalah yang dihadapi dengan stabilitas membran dan dengan efisiensi saat ini dan daya relatif rendah dibandingkan dengan sel diafragma konvensional. Upaya - upaya terbaru telah menghasilkan perkembangan yang signifikan memperbaiki membran fokus perhatian baru pada sel elektrolitik membrane dilengkapi untuk produksi kaustik oleh elektrolisis air garam. Dengan demikian, baru - baru ini diumumkan oleh Asahi Chemical Industry Co, Ltd, yang pertama di dunia membran dilengkapi klor-alkali plant komersial dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 40.000 metrik ton telah dimasukkan ke dalam operasi pada tahun 1975. Membran yang digunakan dalam sistem kimia Asahi, seperti yang dilaporkan pada presentasi abovereferenced, adalah membran asam karboksilat yang perfluoro dibandingkan dengan sebelumnya direkomendasikan perfluoro membran asam sulfonat, menyediakan operasi stabil pada efisiensi arus tinggi.

Faktor-faktor efesiensi ekonomi dalam operasi sel membran adalah pencapaian hidup membran panjang, pencapaian efisiensi yang tinggi saat ini, realisasi drop tegangan rendah pada kepadatan yang tinggi saat ini dan produksi dengan konsentrasi tinggi kaustik di sel. Tingkat pencapaian faktor-faktor ini tergantung pada karakteristik fisik bahan membran yang spesifik dan akan berbeda dengan kondisi operasi.

Pemeliharaan kepadatan yang tinggi saat ini mengurangi modal investasi plant ( pabrik ) asli dan biaya penggantian membran. Demikian pula, produk konsentrasi tinggi mengurangi modal dan biaya operasi peralatan penguapan yang diperlukan untuk membawa produk kaustik sampai dengan konsentrasi komersial. Drop tegangan rendah dan efisiensi yang tinggi saat ini mengurangi kebutuhan energi yang sebagian besar dari total biaya produksi. Tingginya biaya bahan membran dan biaya pemeliharaan yang terkait dengan penggantian membran membutuhkan pencapaian hidup membran panjang.

Pengembangan membran yang cukup besar telah dilakukan dengan, terutama, berbagai formulasi asam sulfonat perfluoro dan resin jenis asam karboksilat perfluoro. Masing - masing formulasi membran memiliki sifat tertentu yang berbeda dengan kondisi operasi. Bahan membran tertentu mungkin memiliki karakteristik yang sangat baik efisiensi arus pada konsentrasi kaustik 40%, tetapi mungkin memiliki kehidupan yang pendek di bawah kondisi ini. Akibatnya, kondisi operasi dan komersial sel bahan membran yang digunakan saat ini merupakan suatu kompromi yang bertujuan untuk pencapaian biaya produk terbaik dicapai.

Ekonomi dari sebuah acara instalasi membran sel khas yang kebutuhan energi account sebesar 50 % dari total biaya produksi. Modal investasi dan nilai penggantian membran menjadi 25% dan 8%, masing-masing, dari total biaya produksi.

Dari angka - angka ini, dapat dilihat bahwa produksi kaustik dan klorin oleh membran sel elektrolisis merupakan energi dan modal yang relatif proses yang sangat intensif. Modifikasi untuk proses elektrolisis menghasilkan penghematan energi dan modal, karena itu penting dikemukakan.

Kini telah ditemukan bahwa penghematan yang signifikan dapat dicapai dengan menggunakan sistem instan untuk produksi kaustik, dimana dalam setidaknya satu sel dari sistem elektrolisis membran-dilengkapi, solusi kaustik konsentrasi yang relatif rendah diproduksi secara elektrolisis dari NaCl yang mengandung air garam. Kaustik konsentrasi tinggi yang diinginkan tersebut kemudian diproduksi oleh electrolyzing air garam dalam tahap kedua menggunakan encer kaustik diproduksi dalam tahap pertama sebagai pengganti air. Pementasan ini hasil produksi kaustik konsumsi energi yang lebih rendah / ton kaustik diproduksi di comparion untuk sistem seni sebelumnya dengan peningkatan simultan dalam kehidupan rata-rata dipekerjakan membran dan penurunan investasi modal.

Dalam produksi hidroksida logam alkali dan klorin oleh elektrolisis suatu larutan air garam logam alkali dalam kompartemen anoda dari sistem multi-sel kompartemen dan elektrolisis air dalam kompartemen katoda dari sistem, dimana kompartemen sel dipisahkan oleh diafragma membrane jenis yang memungkinkan migrasi ion logam alkali dari anoda ke katoda kompartemen, perbaikan yang terdiri menyediakan sistem sel dimana dalam setidaknya satu sel dari sistem, sebuah konsentrasi logam alkali hidroksida relatif rendah solusi yang dihasilkan, dimana paling tidak satu sel lain dari sistem, sebuah alkali logam relatif tinggi konsentrasi larutan hidroksida dihasilkan dengan menyediakan kompartemen katoda sel ini, sebagai pengganti air, dengan konsentrasi larutan alkali logam hidroksida relatif rendah diproduksi dalam sel lainnya. Dengan menggunakan produksi stagewise dari kaustik konsentrasi, diinginkan relatif tinggi, rata-rata konsumsi energi per unit berat hidroksida logam alkali berkurang secara signifikan dibandingkan dengan konsumsi daya tunggal tahap memproduksi kaustik sistem elektrolisa. Selain itu, kehidupan membran keseluruhan meningkat selama hidup membran digunakan dalam sistem tunggal tahap elektrolisis. Sistem ini menggabungkan penghematan energi dengan efisiensi yang tinggi saat ini dan diinginkan parameter operasi tanpa mengorbankan kelebihannya.

Kehilangan efisiensi didalam sel membrane sehubungan dengan migrasi ion OH- dari catholyte melalui membrane menuju anolyte. Migrasi ini terjadi karena ion OH- yang bermuatan negatif tertarik keanoda yang bermuatan positif dan juga karena gradien konsentrasi ion OH- melewati membrane.

Performansi sel membrane menurun setelah periode operasi tertentu. Sebab – sebab utamanya meliputi akumulasi zat – zat pengotor brine dalam membrane, kondisi – kondisi operasi yang tidak stabil, erosi pada permukaan membrane dan lobang pada membrane. Zat – zat pengotor yang tinggi akan menyebabkan tersumbatnya membrane dengan endapan – endapan hidroksida yang akan mengurangi kemampuan separasi membrane. Zat – zat pengotor yang paling umum untuk dihindarkan adalah seperti kalsium, magnesium, besi, nikel, silikat alumunium, mangan, stronsium dan barium.

Disamping hal – hal tersebut, performansi sel membrane dapat menurun apabila terjadi kebocoran. Kebocoran pada membrane dapat disebabkan pemakaian Load ( energi ) yang naik turun, adanya benda asing yang masuk kedalam elektrolyzer ( Contohnya resin, besi – besi kecil diwaktu pemasangan yang kurang bersih ), kadar TSS ( total suspensed solid ) pada feed brine yang terlalu tinggi, current ( penghantar listrik ) pada elektrolyzer yang rusak. Akibat yang ditimbulkan apa bila bocor diantaranya adalah Voltase pemakaian pada cell tersebut tinggi, dan pH serta kadar klorat ( NaClO3 ) pada anolyte tinggi.

Dengan demikian demi untuk mengefesiensikan biaya produksi maka membrane yang telah mengalami kerusakan atau kebocoran dapat di pakai kembali. Adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Membrane yang mempunyai kerusakan kecil/berlubang dapat diperbaiki dengan cara dilapisi ( dilakukan pemanasan ) dengan menggunakan lembaran kecil film Nafion 117 Sulfonic dengan menggunakan alat Roemac Heat Sealer. Membrane yang dapat diperbaiki hanya dengan kerusakan / lubang diameter <>

2. Bersihkan sampai kering area – area kerusakan yang akan diperbaiki, kira – kira berukuran 6 x 6 inc.

3. Bersihkan area tersebut dengan Aceton atau dengan udara kering.

4. Potong tambalan ( lapisan film Nafion 117 Sulfonic ) untuk ukuran yang dibutuhkan.

5. Hidupkan power Vige Grip Unit dengan setting :

Tabel 4.2 Standar setting Vige Grip Unit

Prihal

Satuan

Rheostat

35/37

Waktu pemanasan

25 detik

Waktu pendinginan

40 detik

Arus listrik/current

36-38 ampere

Tegangan listrik/voltage

2 volts

Temperatur jepitan

3000C

Tenaga tekanan

20 lb

6. Letakkan jepitan diatas dan dibawah area yang bocor secra perlahan tutup jepitan ( tetapi tidak ditekan ) untuk mengecheck posisi,

7. Letakkan secara langsung diatas area yang rusak.

8. Letakkan kapton sheet 2 x 4 inc diatas potongan dan dibawah membrane untuk memproteksi membrane dari jepitan.

9. Secara hati – hati letakkan kembali potongan keposisi yang tepat, jepitan kapton dan membrane sesuai dengan kebutuhan.

10. Tekan/clamp jepitan dan tekan push ON, maka akan terlihat indikasi lampu pemanas hidup ( heating ) kemudian lampu pendingin hidup ( cooling ). Pada saat lampu pendingin mati, perbaikan membrane sudah selesai.

11. Lepaskan jepitan dan check hasil perbaikan / hasil tambalan.

4.3 Paralatan yang digunakan ketika analisa

· Erlemeyer 250 ml

· Timbangan

· Buret

· pH meter

· Pipet volumetrik

4.4 Bahan ( Reagent )

§ Sampel Brine

§ Sampel Caustic

§ HCl 0,5 N

§ Indikator PP

§ Indikator MO

§ Aquades

4.5 Prosedur kerja

1. Titrasi Asam Basa

· Timbang sampel 2 gram didalam erlemeyer 250 ml

· Tambahakan aquadest 50 ml

· Tambahkan 3 tetes Indikator PP

· Titrasi dengan 0,5 N HCl sampai tak berwarna, catat volume sebagai A ml

· Tambahkan 3 tetes Indikator MO

· Titrasi kembali dengan 0,5 N HCl sampai terjadi perubahan dari warna kuning ke merah bata, catat volume sebagai B ml

4.6 Hasil dan Pembahasan

4.6.1. Hasil

Dari hasil data titrasi yang diperoleh ( seperti yang terlampir pada lampiran 10 ) maka dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut :

o Konsentrasi NaCl inlet = Volume titrasi B x 11,7

= 24,15 x 11,7

= 282,5

o Konsentrasi NaCl outlet = Volume titrasi A x 11,7

= 16,55 x 11,7

= 193,6

o Konsentrasi NaOH outlet = Volume titrasi x 1,0015

= 30,00 x 1,0015

= 30,04

o Konsentrasi NaOH inlet = Conc NaOH outlet – 0,92

= 30,04 – 0,92

= 29,12

Dengan demikian didapatkan data hasil konsentrasi Feed Brine dan Feed Brine dari elektrolyzer sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Konsentrasi Feed Brine dan Feed caustic dari Elektrolyzer

Tanggal

Konsentrasi NaOH yang masuk keelektrolyzer

( % )

Konsentrasi NaOH yang keluar dari elektrolyzer

( % )

Konsentrasi NaCl in feed brine

( gpl )

Konsentrasi NaCl in anolyte

( gpl )

30/4/2010

29.12

30.04

282.5

193.6

01/5/2010

29.10

30.00

283.1

203.5

02/5/2010

29.13

30.04

292.6

209.6

03/5/2010

29.27

30.19

291.7

225.5

04/5/2010

29.12

30.04

287.1

203.4

Rata - rata

29.15

30.06

287.4

207.1

Note :

· Gpl : gram per liter

· Anolyte : brine ( air garam ) yang keluar

· Feed brine : brine yang masuk

4.6.2. Pembahasan

4.6.2.1 Konsentrasi Feed Caustic dan Feed Brine dari Elektrolyzer

Dari kalkulasi data diatas, maka didapat konsentrasi anolyte ( brine yang keluar ) dan catolyte ( caustic yang keluar) yang keluar dari elektrolyzer. Konsentrasi feed brine ( air garam yang masuk ) yang masuk ( 287.4 gpl ) ke elektrolyzer lebih tinggi dibandingkan anolyte ( brine keluar ) 207.1 gpl, disebabkan sebagian ion NaCl yang berasal dari feed brine akan berikatan dengan ion NaOH dan meninggalkan cell sebagai produk. Berbanding dengan feed caustic, feed caustic dengan konsentrasi rendah ( 29.15 % ) dimasukkan ke elektrolyzer sebagai umpan disisi katoda. Feed caustic sebagai umpan akan menyumbangkan ion Na+ dan OH-. Ion – ion Na+ yang berasal dari sisi katoda dan anoda akan berikatan dengan ion OH- yang diumpankan pada sisi katoda. Maka dengan adanya ikatan ion – ion Na+ dengan ion OH- maka terbentuklah catolyte ( NaOH ) yang keluar sebagai produk yang akan dimasukkan kedalam tanki sirkulasi NaOH.

Proses pada Elektrolyzer membutuhkan bahan baku utama yaitu feed brine dan feed caustic sebagai umpan pada proses elektrolisa. Feed brine yang menyumbangkan ion Na+ dan Cl-, sedangkan feed caustic menyumbangkan ion Na+ dan OH-. Feed brine berada pada sisi positif ( anoda ) dan feed caustic pada sisi negatif ( katoda ) menyumbangkan ionnya pada proses elektrolisa, dengan adanya membrane penukar ion maka mencegah masuknya ion Cl- kesisi katoda dan membrane juga mencegah masuknya ion OH- kesisi anoda tetapi meloloskan ion Na+.

Ion Na+ yang masuk pada sisi anoda yang berasal dari sisi katoda kembali lagi kesisi katoda, karena ion Na+ mempunyai kecendrungan pada tempat yang bermuatan negatif. Ion Na+ yang lolos kesisi katoda langsung berikatan dengan OH- yang berada pada sisi katoda dan meninggalkan elektrolyzer sebagai produk. Akan tetapi tidak semua ion Na+ berikatan dengan ion OH-, melainkan ion Na+ berikatan dengan ion Cl- dan keluar dari anoda sebagai anolyte. Anolyte merupakan larutan brine dengan kadar garam ( NaCl ) yang rendah dan ini akan direcycle kembali kebrine unit.

Pertukaran ion didalam elektrolyzer yang menggunakan membrane dibantu oleh arus listrik, sehingga mengefisiensikan kinerja dari sisi anoda dan katoda dalam mereduksi feed brine dan feed caustic.

NaOH 32% diperoleh dari proses elektrolisa di elektrolyzer, dengan bahan baku brine. Bahan baku brine ini sebelumnya diproses di unit Primary Brine Treatment, kemudian selanjutnya diproses pada unit Secondary Brine Treatment. Di unit ini larutan brine melalui secondary brine filter dan ion exchange column, sehingga kation – kation yang ada dalam brine kecil sekali ( dalam unit ppb ), sesuai yang dipersyaratkan masuk ke dalam elektrolyzer sebagai umpan.

Secara bersamaan brine dan caustic ( < style="">elektrolyzer sehingga menghasilkan caustic 32%, anolyte, gas H2, dan Cl2. Anolyte untuk bisa dipakai kembali diproses Primary brine treatment secara kimia dengan menambahkan HCl, NaOH dan SO2 dan secara mekanikal dengan proses pemakuman. Untuk produk NaOH 32%, jika tanki stock penuh dapat dinaikkan konsentrasinya hingga 48 – 50 % dengan menggunakan evaporator. Sedangkan gas H2 dan gas Cl2 di treatment diunit Cl2.

Proses elektrolisa pada elektrolyzer merupakan proses yang sangat penting pada chlor alkali section, karena proses ini merupakan proses induk dalam pembuatan caustic, Cl2 dan H2. Dimana caustic yang dihasilkan akan ditransfer ke pulp making dalam proses pemasakan chips menjadi pulp. Lain halnya dengan Cl2 dan H2, Cl2 dan H2 akan ditransfer ke chemical making untuk diproses selanjutnya.

Dengan demikian langkah – langkah proses assembly sangat dibutuhkan, agar dapat menunjang pada proses elektrolisa. Penyusunan prangkat elektrolyzer ( assembly ) sangat dituntut untuk hati – hati dan memasang secara benar. Pemasangan yang baik dan benar akan mempertahankan dan menjaga efesiensi dari perangkat – perangkat elektrolyzer khususnya adalah membrane. Membrane merupakan salah satu komponen pada elektrolyzer yang sangat mudah rusak bahkan bocor apabila didalam proses elektrolisa tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Pemilihan tipe membrane yang tepat dapat menunjang proses produksi sehingga dapat mengefisiensikan pergantian membrane yang cukup mahal. Membrane dengan tipe N966TX/NA CATHMD ( Nafion ) yang digunakan pada seksi ini memiliki standar pemakaian 3 tahun, akan tetapi membrane ini dapat bertahan sampai 4 tahun bahkan lebih apabila pemasangan ( assembly proses ) dan pemeliharaan dengan benar sesuai dengan petunjuk operasi dari sebuah perusahaan. Berbeda halnya dengan tipe Asain yang berasal dari Jepang, membrane tersebut lebih tipis dan sangat mudah untuk bocor.

Apabila tidak sesuai dengan standar operasi ataupun diwaktu proses assembly tidak bersih sehingga ada kotoran – kotoran yang tertinggal ( contohnya adanya besi yang tertinggal pada sisi katoda dan anoda, resin yang masuk bersama brine,dan lain – lain ). Dengan demikian apabila membrane bocor maka akan merusak produk hasil, pemakaian voltase, pH anolyte, serta kadar klorat yang tinggi. Bahkan apabila terlambat dalam penanganannya maka akan dapat merusak perangkat – perangkat lainnya pada elektrolyzer.

Apabila terjadi kebocoran, baik itu sisi anoda, katoda dan membrane makan harus dilakukan pergantian elektrolyzer dengan cepat tanpa mengganggu produksi. Dengan demikian dilakukan jumper switch untuk mengalihkan arus listrik dan diteruskan ke line normalnya, sehingga elektrolyzer yang rusak dapat dingakat dan diperbaki tanpa mengganggu jalannya proses produksi.

4.6.2.2 Data hasil penunjang proses Elektrolisa

Dari data akumulasi konsentrasi feed brine dan feed caustic maka dibutuhkan data – data yang menunjang dalam proses elektrolisa. Data – data berikut merupakan range yang sangat dijaga dalam proses elektrolisa.

Tabel 4.4 Data hasil penunjang proses elektrolisa

Tanggal

F.Caustic to EL

Exit Caustic

Feed Brine

Anolyte

Di Water flow

( M3/H )

Temp

( 0C )

Caustic Totalizer

( M3 )

Brine Flow

( M3/H )

Temp

( 0C )

pH

pH

30/4/2010

6.30

80

416219

57.4

75

10.78

4.28

01/5/2010

6.12

80

416374

57.5

75

10.76

4.38

02/5/2010

6.48

80

416514

57.3

75

10.79

4.28

03/5/2010

5.04

80

416641

51.1

77

10.98

4.37

04/5/2010

6.30

80

416774

55.6

75

10.93

4.35

Rata - rata

6.50

80

416504

55.78

75.4

10.85

4.33

Data diatas adalah data penunjang yang diperlukan dalam langkah proses elektrolisa produksi pada elektrolyzer. DI Water Flow dengan rata – rata 6.50 M3/H, dimana fungsi dari DI Water pada caustic yaitu untuk menurunkan konsentrasi feed caustic ( caustic yang masuk ). Temperatur caustic yang masuk ke elektrolyzer harus 800C, apabila dibawah range maka caustic akan membentuk kristal dan akhirnya dapat menyumbat pipa – pipa produksi. Proses elektrolisa membutuhkan bahan dasar yaitu brine. Flow brine yang masuk ke elektrolyzer harus diatur dengan Standar alat dengan rata – rata yaitu 55,78 M3/H, apabila dibawah rata - rata maka migrasi ion tidak berlangsung dengan baik dan apabila diatas rata – rata maka terjadi overflow ( kebanjiran ) sisi anoda. Temperatur brine yang masuk yaitu 75,40C, apabila brine yang masuk dibawah range maka brine akan mengkristal dan akan menyumbat pipa – pipa produksi, maka sebaliknya apabila diatas range maka akan menyebabkan kerusakan dari sisi membrane.

Pengaturan pH brine yang masuk dengan rata – rata 10.85 dengan range 9 – 11, dikarenakan standar alat menuntut untuk menjaga range, apabila diatas dan dibawah range maka dapat merusak perangkat – perangkat dari elektrolyzer. Berbeda dengan pH anolyte ( brine keluar ) yang keluar dari elektrolyzer, pH brine yang keluar dari elektrolyzer adalah 4.33 ini dikarenakan adanya proses elektrolisa sehingga pH nya turun dibandingkan ketika masuk ke elektrolyzer.

Dengan adanya proses elektrolisa pada elektrolyzer dengan bahan baku brine dan caustic maka didapat totalizer dari caustic yaitu 416505 M3/H. Totalizer dari caustic inilah yang akan dikonsumsi oleh seksi Pulp Making sebagai pemutih pulp dan seksi Environmental Protection ( pengolahan air limbah ) sebagai menaikkan pH.



PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) di PT.Lontar Papyrus Puln and Paper Industry, penulis dapat menyimpulkan bahwa :

Þ Feed brine dan feed caustic sangat berpengaruh besar dalam proses elektrolisa. Feed brine sebagai bahan baku utama dalam proses elektrolisa dalam elektrolyzer sedangkan feed caustic sebagai penyumbang ion OH-.

Þ Kondisi optimum pH pada feed brine dijaga pada range 9 – 11 dengan rata – rata per hari yaitu 10,85.

Þ Efesiensi membrane pada proses elektrolisa ini ditujukan pada efesiensi ketahanan membrane selama proses produksi berlangsung. Tipe membrane yang memiliki kulalitas baik yaitu tipe N966TX/NA CATHMD ( Nafion )

Þ Sisi anoda berfungsi sebagai ruang tempat NaCl ketika proses elektrolisa berlangsung dan sisi katoda sebagai ruang tempat NaOH.

5.2 Saran

Pada proses produksi diusahakan untuk menjaga sekecil mungkin kerusakan pada membrane. Untuk menghindari kerusakan pada membrane harus dilakukan pengontrolan secara berkala. Adapun variabel – variabel pengontrolan yang dilakukan adalah :

Ø Konsentrasi feed brine diatur pada 29,15 % dan feed caustic diatur pada 287,4 gpl. Konsentrasi yang tinggi akan merusak sisi – sisi anoda dan catoda.

Ø pH pada feed brine diatur pada 10,85. pH yang tinggi yang masuk akan merusak sisi – sisi membrane sehingga menimbulkan kebocoran.

Ø Menjaga kebersihan dalam melakukan assembly proses. Apabila tidak bersih maka kotoran – kotoran ( misalnya serbuk besi,dll ) akan merusak sisi – sisi perangkat elektrolyzer.

Ø Penulis menyarankan adanya alat/instrumen yang mempermudah dalam pengecekan kebocoran dalam katoda, anoda dan membrane sehingga dapat cepat ditanggulangi.




DAFTAR PUSTAKA

Dennis.E.Bihary.1994. MGC Elektrolyzer Assembly and Operation Manual.Chardon.USA

Ir.Basuki Suhardi.2002.Bahan Training Chlorine Plant.PT.LPPPI.Jambi

Peter Atkins.1997.Kimia. fisik, 6th edition.WH Freeman and Company. New York

Safrizal.2002.Bahan Training Brine Unit.PT.LPPPI.Jambi