Sabtu, 30 Januari 2010

laporan kimia sawit

LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA SAWIT

DISUSUN OLEH :
NAMA : ABDI SILABAN
NIM : F0A007016
PRODI : KIMIA INDUSTRI

ASISTEN DOSEN
DEDY ZULFIKAR


PROGRAM DIPLOMA III KIMIA TERAPAN
KIMIA INDUSTRI & ANALISIS KIMIA
UNIVERSITAS JAMBI
2009






Percobaan I
PENENTUAN ANGKA PENYABUNAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : ABDI SILABAN
NIM : F0A007016
PRODI : KIMIA INDUSTRI















Percobaan I
PENENTUAN ANGKA PENYABUNAN


I. Tujuan
Untuk mengetahui sifat minyak dengan mengetahui besarnya angka penyabunan

II. Landasan Teori
Angka penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai angka penyabunan relative besar dan sebaliknya dengan berat molekul besar mempunyai angka penyabunan relatif kecil.
Angka penyabunan sama dengan bilangan penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya ( mg ) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
Lemak yang mengandung komponen yang tidak tersabunkan seperti sterol mempunyai bilangan penyabunan rendah. Namun untuk minyak yang mengandung asam lemak tidak jenuh tidak mempunyai bilangan penyabunan tinggi. Tingginya bilangan penyabunan ini disebabkan ikatan tidak jenuh dapat teroksidasi menghasilkan pembentukan gugus karbonil yang pada akhirnya dapat juga bereaksi dengan alkali.
( Dra.Hj.Nurbaiti Harun,Apt:2006;3-6 )

Pengujian secara asidimetri terutama untuk menentukan bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan ester, asam lemak bebas, jumlah asam lemak total dan asam lemak yang terikat sebagai ester. Hasil yang diperoleh dengan cara tergantung pada ketelitian dalam memisahkan asam total. Yang termasuk dalam bilangan asam lemak total antara lain bilangan reicher.meiss, bilangan polenske dan bilangan kirschner. Biasanya bilangan yang diperoleh secara asidimerti seperti bilangan asam, bilangan penabunan dan bilangan ester, dinyatakan dalam jumlah milligram KOH untuk tiap satu gram minyak atau lemak. Sedangkan bilangan Reichert-meissl dan bilangan kirschner dinyatakan dalam jumlah millimeter KOH 0,1 N atau NaOH 0,1 N untuk tiap 5 gram minyak atau lemak.
( Meyer,LH:1960;35 )


Lemak dan minyak dapat terhidrolisis, lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses hidrolisis yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan basa kuat seperti NaOH atau KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau saponifikasi.






( Estien Yazid:2005;54 )


Bilangan saponifikasi didefenisikan dengan jumlah milligram dari kalium hidroksida ( KOH ) yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Dalam basis molekuler, sebuah molekul dari miyak atau lemak membutuhkan tiga unit KOH untuk saponifikasi secara sempurna karena disana ada tiga ikatan ester dalam molekul lemak atau miyak karena masing – masing molekul terdiri dari lemak dengan berat molekul tinggi atau lemak dengan berat molekul rendah membutuhkan tiga unit KOH untuk saponifikasi maka berat KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak akan lebih mudah untuk lemak yang berat dibandingkan gliserida dengan berat molekul rendah. Lemak dan minyak dengan berat molekul tinggi memiliki bilangan saponifikasi yang rendah dibandingkan lemak dan minyak dengan berat molekul rendah.
( Lamsihar Gamael:2007 )










III. Persiapan Kerja
A. Penyediaan Alat
1. Erlemeyer
2. Buret
3. Statif dan klem
4. Penangas air
5. Pengaduk
6. Alumunium foil
B. Penyediaan Bahan
1. Minyak CPO
2. Alkohol 96 %
3. KOH 0,1 N
4. HCl 0,5 N
5. Indicator Fenolftalein
6. Aquades


IV. Prosedur Kerja
















V. Pembahasan
Setelah dilakuka percobaan penentuan bilangan penyabunan dengan demikian didapat data pengamatan sebagai berikut :

No Perlakuan Pengamatan
1 Uji Sampel
v Erlemeyer ditimbang 47,7 gr
v Berat sampel ( CPO ) 5 gr
v Erlemeyer yang berisi sampel + KOH 0,5 N sebanyak 50 ml
v Dipanaskan ( ± 700C ) + diaduk
v Didinginkan
v Ditambah 2 tetes indicator PP
v Dititrasi dengan HCl 0,5 N



Uji Blanko
v 50 ml KOH 0,5 N ditambah 3 tetes indicator PP
v Dititrasi dengan HCl 0,5 N

v Warna orange ( kental )
v Warna orange ( cair )

v Kuning telur ( cair )


v 34 ml HCl yang terpakai terhadap gumpalan orange cairan berwarna bening


v Bening keungu – unguan

v 34,2 ml HCl terpakai. Setelah dititrasi menjadi bening.


Diketahui :
Tb = 34,2 ml
Ts = 34 ml
N HCl = 0,5 N
Mr KOH = 56
Ditanya : Angka penyabunan = …….. ?
Jawab :


Dari hasil pengamatan penentuan bilangan penyabunan ini sampel ( CPO ) yang awalnya berwarna orange ditambahkan KOH 0,5 sebanyak 50 ml lalu dipanaskan pada suhu ± 700C, setelah pemanasan tersebut sampel yang awalnya orange berubah menjadi kuning telur, setelah itu ditambahkan 2 tetes indicator phenolphtalen dan warnanya berubah menjadi merah muda keungu – unguan.

Pada percobaan ini menggunakan indicator phenolphtalen, adapun rumus molekul dari indicator phenolphtalen adalah [( C6H4OH)2C2O6H4] fungsinya sebagai indicator titrasi.
Sedangkan sifat kimia :
· Berat molekul : 318,31 gr/gmol
· Titik lebur : 2160C
· Spesifik gravity : 1,299 25/4
· Kelarutan dalam air ( 200C ) : 0,2/100 bagian air
· Kelarutan dalam alcohol ( 250C ) : 10/100 bagian alcohol
· Kelarutan dalam eter : 5,9/100 bagian eter
· Berbentuk serbuk
· Berwarna putih


Sifat kimia indicator phenolphtalen
· Membentuk larutan yang tidak berwarna pada suasana asam
· Membentuk larutan yang tidak berwarna pada suasana netral
· Membentuk larutan yang berwarna merah rosa pada suasana basa, tetapi tidak berwarna dalam jumlah alkali yang besar
· Merupakan hasil interaksi antara fenol dan phtalic anhidrat dalam asam sulfat
· Interval pH = 8,3 – 10
· Larut dalam pelarut organic
· Bereaksi dengan basa, dengan pembentukan warna sebagai titik akhir titrasi
( Lamsihar Gamael:2007 )

CPO ditambah dengan KOH lalu dipanaskan, setelah itu ditambahkan 2 tetes indicator pp yang reaksi warna dari warna asal orange menjadi kuning telur lalu menjadi merah jambu keungu – unguan setelah dititrasi dengan HCl 0,5 N, yang mana warna pink itu sendiri pada akhir titik titrasi berubah menjadi warna bening sehingga volume HCl yang terpakai adalah 34 ml atau ts = 34 ml.
Warna pink yang berubah menjadi bening dikarenakan indicator PP yang memiliki sifat kimia membentuk larutan yang tidak berwarna pada suasana asam. Dimana zat penitrasi adalah HCl yang merupakan asam kuat sedangkan zat yang dititrasi adalah CPO atau minyak mentah yang bersifat netral. Indikator PP menentukan pembentukan warna bening pada akhir titik titrasi.
Sama halnya pada uji blanko, KOH ditambah Indikator PP pada awalnya berwarna bening setelah itu dititrasi dengan HCl 0,5 N dan berubah menjadi warna pink dan V HCl yang terpakai ( tb ) adalah 34,2 ml. KOH yang bersifat basa ditambah Indikator PP berwarna bening lalu dititrasi dengan asam berwarna pink, karena indicator PP membentuk warna merah muda atau merah rosa pada suasana basa yang terdapat pada saat bereaksinya KOH dan Indikator PP.

VI. Kesimpulan
Semakin bertambahnya waktu reaksi maka konversi FFA akan mengalami kenaikan sampai akhirnya berapa dalam keadaan stabil. Hal ini terjadi karena semakin menurunnya konsentrasi FFA maka otomatis konversi juga semakin bertambah.
Angka penyabunan adalah banyaknya mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak ( sampel ). Angka penyabunan sama dengan bilangan penyabunan atau saponifikasi. Setelah percobaan maka didapat angka penyabunan = 1,12

VII. Daftar Pustaka
Harun Nurbaiti.2006.Penuntun praktikum kimia sawit.Universitas Jambi:Jambi
Nursanti Linda,Estien Yazid.2005.Penuntun praktikum Biokimia.ANDI:Bandung
Lamsihar Gamael g.2007.Laporan Penelitian Saponifikasi.USU:Medan
Satrohamidjojo.2005.Kimia Organik.UGM:Yogyakarta
Meyer,L.H.1960.Minyak dan Lemak pangan.Erlangga:Jakarta











Percobaan 2
PENENTUAN ANGKA ASAM DAN ESTER

DISUSUN OLEH :
NAMA : ABDI SILABAN
NIM : F0A007016
PRODI : KIMIA INDUSTRI
















Percobaan 2
PENENTUAN ANGKA ASAM DAN ESTER


I. Tujuan
· Untuk mengetahui kualitas minyak berdasarkan angka asamnya
· Untuk mengetahui besarnya angka ester

II. Landasan Teori
Angka asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak.
Angka asam yang besar menunjukan asam lemak bebas yang berat berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Adanya asam lemak bebas ini menyebabkan aroma dalam minyak yang tidak diinginkan dan bila terdapat dalam jumlah besar dapat meracuni tubuh. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya.
Angka ester menunjukan jumlah asam organic yang bersenyawa sebagai ester.
( Dra.Hj.Nurbaiti Harun,Apt:2006;6 )

Asam lemak bebas ( free fatty acid )
Asam lemak bebas yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam palmitat [(CH3(CH2)14CO2H ]. Fungsinya sebagai sampel lemak yang akan dianalisa dan diolah menjadi sabun.
Ø Sifat – sifat fisika
1. Berat molekul : 256,42 gr/gmol
2. Titik leleh : 63,40C
3. Titik didih : 271,50C
4. Spesifik gravity : 0,849 70/4
5. Kelarutan dalam 100 bagian :
v Air : tidak larut
v Alcohol : 920
v Ester : larut
6. Berwarna kekuningan
7. Berbau khas
8. Merupakan padatan liat

Ø Sifat – sifat kimia
1. Terbentuk dari hidrolisis tripalmitin ( suatu lemak )
2. Bila diesterifikasi dengan gliserol menghasilkan lemak dan air
3. Merupakan asam lemak jenuh karena tidak mempunyai ikatan rangkap. Oleh karena itu asam palmitat tidak dapat dioksidasi
4. Keasaman berada diantara asam mineral dan alcohol/fenol, yaitu dengan pKa sekitar 4,96 – 5,00
5. Tidak mengalami untuk reaksi hidrogenasi karena tidak mengandung ikatan rangkap
6. Digunakan untuk membuat palmitat logam, sabun, minyak pelumas, dan lain – lain
7. Reduksi asam palmitat menghasilkan alcohol primer.
( Lamsihar Gamael:2007 )

Penentuan angka ester menujukkan jumlah asam yang bersenyawa sebagai ester. Angka ester dihitung dengan selisih angka penyabunan dengan angka asam. Angka ester = angka penyabunan – angka asam.Penentuan angka iodine menunjukan ketidak jenuhan asam lemak dan minyak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iodine dan membentuk senyawaan yang jenuh. Banyaknya iodine yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap yang terdapat dalam asam lemaknya. Angka iodine dinyatakan sebagai banyaknya iodine dalam gram yang diikat oleh 100 gram lemak atau minyak. Penentuan angka asam menunjukan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak atau minyak. Angka asam dinyatakan sebagai jumlah milligram NaOh yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram lemak atau minyak.
Penentuan angka peroksida merupakan salah satu cara menganalisa tingkat kerusakan dari lemak atau minyak.

Sifat – sifat kimia minyak dan lemak dapat diketahui dengan berbagai proses, antara lain :
Ø Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam – asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip transesterifikasi Fiedel-Craft.

Ø Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam – asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Ini terjadi karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.

Ø Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan

Ø Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan

Ø Pembentukan keton
Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.

Ø Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak.
( Wikipedia_kimia:2009 )

Lemak dan minyak merupakan senyawa ester yang berasal dari gliserol dan asam karboksilat suhu tengah dan tinggi. Lemak biasanya berwujud padat pada suhu kamar karena titik cairnya lebih tinggi dari pada suhu kamar, ini dijumpai pada hewan. Minyak biasanya berbentuk cair pada suhu kamar karena titik cairnya lebih rendah daripada suhu kamar, biasanya dijumpai pada tumbuhan. Asam karboksilat disebut juga dengan asam lemak, yang diperoleh dari hidrolisis lemak atau minyak.





















Ket:
1. Nurbaiti harun.2006.Penuntun praktikum kimia sawat.hal 6
2. Lamsihar gamael gultom.2007.Laporan penelitian saponifikasi.hal 10
3. www.wikipedia.co.id
III. Persiapan Kerja
A. Penyediaan Alat
1. Erlemeyer
2. Buret
3. Statif dan klem
4. Penangas air
5. Pengaduk

B. Penyediaan Bahan
1. Minyak CPO
2. Alkohol 96 %
3. KOH 0,1 N
4. Indicator Fenolftalein
5. Aquades

IV. Prosedur Kerja











V. Pembahasan
Setelah dilakukan percobaan penentuan angka penentuan angka asam dan angka ester maka didapat data pengamatan sebagai berikut :

No Perlakuan Pengamatan
1




2



3 3 gram minyak ( CPO ) ditambah dengan 30 ml etanol 95%.Panaskan dengan menggunakan air ( penangas air ) dengan suhu ± 700C

Dititirasi dengan KOH 0,5 N dengan 3 tetes indicator PP


Perlakuan double
Dengan perbedaan cara pemanasan api langsung
Terbentuk 2 fasa :
Atas : air dalam minyak
Bawah : air dan CPO


KOH yang terpakai adalah 1,8 ml. Terdapat gumpalan berwarna orange dan cairan berwarna merah muda

KOH yang terpakai adalah 2,1 ml ( lebih banyak dari pada yang menggunakan penangas air )


Dengan demikian maka dapat dicari angka asam dan angka ester sebagai berikut :
Ø Perlakuan dengan penangas air
a. Angka asam = ml KOH x N KOH x BM KOH
Bobot contoh ( gr )
= 1,8 x 0.5 N x 56.1
3 gr
= 16.8
b. Derajat asam = 100 x ml KOH x N KOH
Bobot contoh ( gr )
= 100 x 1,8 x 0,5 N
3 gr
= 30


c. Kadar asam lemak bebas ( % FFA ) = ml KOH x N KOH x BM KOH x 100%
Bobot contoh (gr) x 1000
= 1,8 x 0,5 x 56,1 x 100%
3 x 1000
= 1,68
d. Angka asam dengan % FFA = BM KOH x % FFA
BM Asam lemak bebas/10
= 56,1 x 1,68
256/10
= 0,03 %
e. Angka ester = angka penyabunan – angka asam
= 1,12 – 0,03
= 1,09





Ø Perlakuan dengan pemanas langsung
a. Angka asam = ml KOH x N KOH x BM KOH
Bobot contoh ( gr )
= 2,1 x 0.5 N x 56.1
3 gr
= 19,6
b. Derajat asam = 100 x ml KOH x N KOH
Bobot contoh ( gr )
= 100 x 2,1 x 0,5 N
3 gr
= 35


c. Kadar asam lemak bebas ( % FFA ) = ml KOH x N KOH x BM KOH x 100%
Bobot contoh (gr) x 1000
= 2,1 x 0,5 x 56,1 x 100%
3 x 1000
= 1,96
d. Angka asam dengan % FFA = BM KOH x % FFA
BM Asam lemak bebas/10
= 56,1 x 1,96
256/10
= 0,039 %
e. Angka ester = angka penyabunan – angka asam
= 1,12 – 0,039
= 1,08

Dengan demikian didapatkan angka asam dengan perlakuan penangas air = 1,09 dan angka ester dengan perlakuan pemanasan langsung = 1,08. Angka asam dengan perlakuan penangas air = 16,8 dan angka asam dengan perlakuan dengan pemanasan langsung 19,6.
















VI. Kesimpulan

Setelah dilakukan percobaan dan dihitung angka asam dan angka ester maka didapat angka ester pada perlakuan I = 1,09, dan perlakuan II = 1,08.
Semakin bertambahnya waktu reaksi maka konversi FFA akan mengalami kenaikan sampai akhirnya berapa dalam keadaan stabil. Hal ini terjadi karena semakin menurunnya konsentrasi FFA maka otomatis konversi juga semakin bertambah.


VII. Daftar Pustaka

Harun Nurbaiti.2006.Penuntun praktikum kimia sawit.Universitas Jambi:Jambi
Lamsihar Gamael g.2007.Laporan Penelitian Saponifikasi.USU:Medan
www.wikipedia-kimia:2009.co.id

















Percobaan 3
PENENTUAN ANGKA IOD

DISUSUN OLEH :
NAMA : ABDI SILABAN
NIM : F0A007016
PRODI : KIMIA INDUSTRI









Percobaan 3
PENENTUAN ANGKA IOD

I. Tujuan
Untuk mengetahui sifat minyak berdasarkan besarnya angka iod
II. Landasan teori
Angka iod mencerminkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak dan lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iod dan membentuk senyawaan yang jenuh. Banyaknya iod yang diikat menunjukan banyaknya ikatan rangkap. Semakin jenuh suatu minyak makin besar angka iod. Angka iod dapat juga dipakai untuk menentukan derajat kerusakan minyak karena proses oksidasi. Minyak yang mempunyai ketidakjenuhan tinggi mungkin mudah mengalami kerusakn akibat oksidasi. Reaksi oksidasi menyebabkan kurangnya ikatan jenuh sehingga pada minyak yang mengalami proses oksidasi angka iodnya menurun.
Angka iod dinyatakan sebagai banyaknya gram iod yang diikat oleh 100 gr minyak atau lemak.
Senyawa halogen yang biasa digunakan dalam penentuan bilangan iod adalah ICI dab IBr. Senyawa I2 tidak digunakan karena kurang selektif dibandingkan ICI dan IBr. Dalam reaksi adisi ICI dan IBr dengan ikatan tidak jenuh minyak banyaknya halogen yang masuk dalam ikatan rangkap dinyatakan dalam I2. Hal ini dikarenakan kelebihan halogen ( ICI dan IBr ) bereaksi dengan KI yang ditambahkan akan membebaskan I2 sesuai dengan persamaan reaksi berikut :

IBr + KI à I2 + KBr

ICI + KI à I2 + KCl

Penentuan angka iodine dapat dilakukan dengan cara Hamus atau cara Kauf-Maun dan Von Hubl atau cara Wiys.





















III. Persiapan Kerja
A. Penyediaan Alat
1. Erlemeyer
2. Buret
3. Statif dan klem
4. Penangas air
5. Pengaduk

B. Penyediaan Bahan
1. Minyak CPO
2. Kloroform
3. Karbon tetra klorida
4. Larutan iodine bromide
5. Asam asetat glacial
6. Natrium thiosulfat 0,1 N
7. Indicator amilum 1 %

IV. Prosedur kerja















V. Pembahasan
Dari hasil pengamatan penetuan angka iod maka didapat data pengamatn sebagai berikut :

No Perlakuan Pengamatan















Setelah pengamatan untuk penentuan angka iod maka dapat dihitung sebagai berikut :
Angka iod = ( tb – ts ) x N Na2S2O4 x BA iod x 10
Bobot contoh(gr) x 1000
= ( 24,5 – 17,7 ) x 0,1 x 12,64
0,5
= 0,68 x 0,1 x 12,64
0,5
= 8,63
0,5
= 17,2






VI. Kesimpulan
Dari hasil percobaan penentuan angka iod maka didapat angka iod = 17,2.

VII. Daftar pustaka
Harun Nurbaiti.2006.Penuntun praktikum kimia sawit.Universitas Jambi:Jambi
Lamsihar Gamael g.2007.Laporan Penelitian Saponifikasi.USU:Medan
www.wikipedia-kimia:2009.co.id

































Percobaan 4
PENENTUAN ANGKA PEROKSIDA

DISUSUN OLEH :
NAMA : ABDI SILABAN
NIM : F0A007016
PRODI : KIMIA INDUSTRI















Percobaan 4
PENENTUAN ANGKA PEROKSIDA


I. Tujuan
Untuk mengetahui kualitas berdasarkan angka peroksida
II. Landasan teori
Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak atau lemak. Minyak atau lemak yang mengandung asam – asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Apabila minyak mengalami oksidasi maka senyawa peroksida ini maka minyak akan berubah menjadi minyak yang tengik dan bilangan peroksidanya akan menurun.
Kerusakan minyak atau lemak yang utama adalah peristiwa oksidasi dan hidrolitik, baik enzimatik maupun non enzimatik. Diantara kerusakan minyak yang terjadi ternyata kerusakan karena autoksidasi yang paling besar pengaruhnya terhadap cita rasa. Hasil yang diakibatkan oleh oksidasi lemak antara lain peroksida, asam lemak, aldehid dan keton. Untuk mengetahui tingkat kerusakan minyak dapat dinyatakan sebagai angka peroksida atau angka asam thiobarbiturat ( TBA ).
Cara penentuan angka peroksida dapat dilakukan dengan metode iodin.
Penentuan angka peroksida merupakan salah satu cara menganalisa tingkat kerusakan dari lemak atau minyak.

Sifat – sifat kimia minyak dan lemak dapat diketahui dengan berbagai proses, antara lain :
Ø Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam – asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip transesterifikasi Fiedel-Craft.


Ø Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam – asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Ini terjadi karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.

Ø Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan

Ø Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan

Ø Pembentukan keton
Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.

Ø Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak.
( Wikipedia_kimia:2009 )




















III. Persiapan kerja
a. Persiapan alat
Ø Erlemeyer
Ø Buret
Ø Alumunium foil
Ø Statif dan klem
Ø pengaduk
b. Persiapan bahan
Ø Sampel ( miyak CPO )
Ø Kloroform
Ø Karbon tetra klorida
Ø Larutan iodine bromide
Ø Asam asetat glacial
Ø Indicator amilum 1 %

IV. Prosedur kerja

















V. Pembahasan
Setelah dilakukan praktikum penentuan angka peroksida maka didapat data sebagai berikut :
ü Uji sampel

No Perlakuan Pengamatan
1

2

3
4
5

6
7
8 5 gr CPO dipanaskan dengan pemanas Bunsen
Asam cuka + kloroform
18 ml : 12 ml
Didiamkan
+ 0,5 ml KI jenuh
Diamkan 5 menit

+ aquades 100 ml
+ amilum indicator 3 tetes
Dititrasi dengan Na2S2O3 Warna kuning coklat ( keruh ) menjadi kuning pekat bersih / jernih
Diaduk secara homogen
Orange pekat
Atas minyak,bawah pelarut
Hijau kecoklatan
2 fasa ( coklat muda & bawah coklat tua )
dibawah gumpalan kental coklat muda
keruh
terpakai 3,3 ml
gumpalan minyak dalam larutan bening


ü Uji blangko

No Perlakuan Pengamatan
1


2


3


4
18 ml Asam cuka + 12 ml kloroform + 0,5 ml KI jenuh

+ aquades 100 ml


+ 3 tetes indicator amilum


Dititrasi dengan Na2S2O3 Bening kemerahan.
Didiamkan 5 menit,sehingga berwarna merah muda
Terbentuk 2 fasa :
Diatas encer bening dan dibawah merah muda keruh kental
Terbentuk 2 fasa :
Diatas bening encer dan dibawah terdapat larutan berwarna merah muda
Terpakai 4,8 ml

Dengan demikian setelah melakukan praktikum maka kita dapat menghitung angka peroksida sebagai berikut :
Angka peroksida = tb – ts x N Na2S2O3 1000
M sampel
= 4,8 – 3,3 x 0,01 x 1000
5 gr
= 3
( angka peroksida kurang dari standarisasinya yaitu 5 )

VI. Kesimpulan
Dari hasil praktikum penentuan angka peroksida maka didapat angka peroksidanya adalah 3 dengan demikian angka peroksida yang didapat dari praktikum tersebut angka peroksidanya kurang dari standar.

VII. Daftar pustaka
Harun Nurbaiti.2006.Penuntun praktikum kimia sawit.Universitas Jambi:Jambi
Lamsihar Gamael g.2007.Laporan Penelitian Saponifikasi.USU:Medan
www.wikipedia-kimia:2009.co.id






















Percobaan 5
PENENTUAN ANGKA REICHERT MEISSL

DISUSUN OLEH :
NAMA : ABDI SILABAN
NIM : F0A007016
PRODI : KIMIA INDUSTRI








Percobaan 5
PENENTUAN ANGKA REICHERT MEISSL
I. Tujuan
Untuk mengetahui sifat minyak dengan penentuan besarnya angka reichert meissl.
II. Landasan teori
Angka reichert meissl dinyatakan sebagai jumlah ( ml ) NaOH 0.1 N yang dugunakan untuk menetralkan asam lemak yang menguap dan larut dalam air yang diperoleh dari penyulingan 5 gram minyak atau lemak pada kondisi tertentu.
Asam lemak yang menguap dan mudah larut dalam air adalah yang berantai atom karbon 4 – 6.
Angka Reichert-Meissel menunjukkan jumlah asam-asam lemak yang dapat larut dalam air dan mudah menguap. Angka ini dinyatakan sebagai jumlah NaOH 0,1 N dalam ml yang digunakan unutk menetralkan asam lemak yang menguap dan larut dalam air yang diperoleh dari penyulingan 5 gram lemak atau minyak pada kondisi tertentu. asam lemak yang mudah menguap dan mudah larut dalam air adalah yang berantai karbon 4-6.
Angka Reichert-Meissel = 1,1 x (ts – tb)
Dimana ts = jumlah ml NaOH 0,1 N untuk titrasi sampel
tb = jumlah ml NaOH 0,1 N untuk titrasi blanko





III. Persiapan kerja
a. Persiapan alat
· Erlemeyer
· Buret
· Alumunium foil
b. Persiapan bahan
· · Minyak CPO
· Larutan soda gliserol
· Asam sulfat 20 %
· NaOH 0,1 N
· Indikator fenolftalein
I. IV. Minyak CPO 0,5 gram
Prosedur kerja

+ 20 ml larutan soda gliserol

Panaskan membentuk sabun dan cairan menjadi jernih

+ 13,5 ml air dan 0,5 ml H2SO4 20% dan disaring


Larutan air dipisahkan

+ indicator PP

Titrasi dgn NaOH 0,1 N sampai warna merah jambu.catat volume NaOH terpakai




Hasil Pengamatan


V. Pembahasan
Setelah dilakukannnya praktikum penentuan angka reichert meissl maka didapat data sebagai berikut :

No Percobaan Pengamatan
1 · Sampel ( CPO ) 5 gram dipanaskan sampai encer
· Ditambahkan dengan 20 ml fruktosa dan dipanaskan

· Didinginkan
· Ditambah dengan aquades 135 ml


· Ditambah H2SO4 20 % 5 ml lalu disaring endapan dan filter

· Filtef + PP 2 tetes kemudian dititrasi · Dari kental menjadi encer dan jernih
· Menjadi campuran gumpalan jernih dan cair jernih,setelah dipanaskan membentuk sabun sempurna dan cairan jernih dan warna coklat kekuningan ( warna teh )
· Membentuk busa dengn penambahan aquades dan warna tetap ( agar encer ) dengan gumpalan melayang – layang, berwarna orange.
· Menggumpal dengan H2SO4. Saring > filtrat coklat bening + endapan ( gumpalan orange )
· Endapan + 100 ml aquades membentuk gumpalan dan membentuk busa.
· Filtrat ke 2 ( kuning keruh ) + PP titrasi 2 tetes, warna kuning keruh titrasi hingga warna orange.

Setelah dilakukan percobaan maka untuk penentuan angka reichert meissl dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Angka reichert meissl = 1,1 x ( ts – tb )
Keterangan : tb = jumlah ml NaOH 0,1 N untuk titrasi blanko
ts = jumlah ml NaOH 0,1 untuk titrasi sampel


maka untuk analisis datanya yaitu :
angka reichert meissl = 1,1 x ( ts – tb )
= 1,1 x ( 9,5 – 8,5 )
= 1,1 x 1
= 1,1

VI. Kesimpulan
Angka Reichert-Meissl menunjukkan jumlah asam-asam lemak yang dapat larut dalam air dan mudah menguap. Angka ini dinyatakan sebagai jumlah NaOH 0,1 N dalam ml yang digunakan unutk menetralkan asam lemak yang menguap dan larut dalam air yang diperoleh dari penyulingan 5 gram lemak atau minyak pada kondisi tertentu. asam lemak yang mudah menguap dan mudah larut dalam air adalah yang berantai karbon 4-6.
Setelah perhitungan dengan mengguanak persamaan :
Angka reichert meissl = 1,1 x ( ts – tb )
Keterangan : tb = jumlah ml NaOH 0,1 N untuk titrasi blanko
ts = jumlah ml NaOH 0,1 untuk titrasi sampel
Dengan demikian maka didapat angka reichert meissl adalah 1,1.

VII. Daftar pustaka
Harun Nurbaiti.2006.Penuntun praktikum kimia sawit.Universitas Jambi:Jambi
Lamsihar Gamael g.2007.Laporan Penelitian Saponifikasi.USU:Medan
www.wikipedia-kimia:2009.co.id
F.G.Winarno.1982.Kimia Pangan dan Gizi.Gramedia Pustaka Utama:Jakarta








Percobaan 6
PENENTUAN ANGKA POLENSKE

DISUSUN OLEH :
NAMA : ABDI SILABAN
NIM : F0A007016
PRODI : KIMIA INDUSTRI








Percobaan 6
PENENTUAN ANGKA POLENSKE
I. Tujuan
Untuk mengetahui sifat minyak berdasarkan angka polenske.
II. Landasan teori
Angka polenske dinyatakan sebagai jumlah ml NaOH 0,1 yang diperlukan untukmenetralkan asam lemak yang menguap dan tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol yang diperoleh dari penyulingan 5 gram minyak atau lemak. Ini menunjukan asam lemak berantai 8 – 14.
Bilangan ini menentukan kadar asam lemak yang volatil, tetapitidak larut dalam air, yaitu asam lamak C8 sampai dengan C14. Bilangan polenske adalah jumlah milimeter ( ml ) 0,1 N alkali yang diperlukan untuk menetralkan asam lamak C8 – C14 yang terdapat dalam lima gram contoh. BP juga dapat digunakan untuk menguji terhadap pemalsuan mentega.









III. Persiapan kerja
a. Persiapan alat
· · Erlemeyer
· Buret
· Alumunium foil
· Corong pisah
a. b. Persiapan bahan
· · Minyak CPO
· Aquades
· Alkohol 96 %
· NaOH 0,1 N
· Indikator fenolftalein
I. IV. Bagian asam lemak pada penentuan reichert meissl
Prosedur kerja

Ditambahkan larutan alcohol 95 % sebanyak 45 ml




Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna merah jambu



+ indicator PP

Hasil Pengamatan





V. Pembahasan
Setelah dilakukannnya praktikum penentuan angka polenske maka didapat data sebagai berikut :

No Percobaan Pengamatan
1 · Sampel ditambah alkohol 96 %

· Lalu ditambahkan indikator PP

· titrasi · awal mulanya kuning setelah ditambah alkohol berubah warnanya menjadi kuning lebih muda lagi
· warnanya menjadi kemerah – merahan

· berubah warna kesemula yaitu kekuning-kuningan.Volume titrasi = 3,5 ml
Setelah dilakukan percobaan maka untuk penentuan angka polenske dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Angka polenske = jumlah NaOH 0,1 N yang terpakai untuk titrasi
Jadi angka polenske yaitu = 3,5








VI. Kesimpulan
Angka polenske dinyatakan sebagai jumlah ml NaOH 0,1 yang diperlukan untukmenetralkan asam lemak yang menguap dan tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol yang diperoleh dari penyulingan 5 gram minyak atau lemak. Ini menunjukan asam lemak berantai 8 – 14.
Setelah perhitungan dengan mengguanak persamaan :
Angka polenske = jumlah NaOH 0,1 N yang terpakai untuk titrasi
Dengan demikian maka didapat angka polenske adalah 3,5


VII. Daftar pustaka
Harun Nurbaiti.2006.Penuntun praktikum kimia sawit.Universitas Jambi:Jambi
Lamsihar Gamael g.2007.Laporan Penelitian Saponifikasi.USU:Medan
www.wikipedia-kimia:2009.co.id
F.G.Winarno.1982.Kimia Pangan dan Gizi.Gramedia Pustaka Utama:Jakarta
























Percobaan 7
PENENTUAN KADAR AIR DALAM MINYAK

DISUSUN OLEH :
NAMA : ABDI SILABAN
NIM : F0A007016
PRODI : KIMIA INDUSTRI






Percobaan 7
PENENTUAN KADAR AIR DALAM MINYAK

I. Tujuan
Untuk mengetahui banyaknya air yang ada dalam minyak.

II. Landasan teori
Penentuan kadar air dalam minyak dapat dilakukan dengan cara thermogravimetri.
Prinsip thermogravimetri adalah penguapan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relative mudah dan murah. Kelemahan cara ini adalah :

· Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama uap air, misalnya alcohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain – lain
· Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain. Contoh, gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya.
· Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.


Untuk mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yang lain kerana pemanasan maka dapat dilakukan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan dperoleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang sebenarnya.

III. Persiapan kerja
a. Persiapan alat
· Erlemeyer
· Penangas air
· Oven
b. Persiapan bahan
· Sample ( CPO )
· Aquades

IV. Prosedur kerja
10 gram minyak

Ditimbang

Dipanaskan ± 1 jam

T = 1050C


Sampai berat konstan

Pengeringan berat minyak dinyatakan sebagai berat air yang menguap



Hasil Pengamatan






V. Pembahasan
Setelah melakukan percobaan Penentuan kadar air dalam minyak, maka didapat data percobaan, yaitu sebagai berikut :


No Percobaan Pengamatan
1





2


3 Sampel ( CPO ) ditambah tempat/wadah = 66,1 gram
Berat wadah = 56,1 gram
Jadi berat sample = 66,1 – 56,1 = 10 gram

Sample dipanaskan dipenangas air pada suhu ± 150 0C

Berat sample setelah dipanaskan ditambah berat tempat/wadah = 64,7 gram
Jadi berat sample = 64,7 – 56,1 = 8,6 gram






Sample berubah jadi merah bata

Setelah didapat data pengamatan maka kita dapat menghitung kadar air yang terkandung dalam minyak dengan persamaan, antara lain :
Kadar air = Berat minyak sebelum dipanaskan – berat minyak dudah dipanaskan
Berat minyak sebelum dipanaskan

= 66,1 – 64,7 x 100 %
66,1
= 1,4 x 100 %
66,1
= 2,1 %

Dengan persamaan diatas maka didapat kadar air yang terkandung dalam minyak yaitu 2,1 %

VI. Kesimpulan
Penentuan kadar air dalam minyak dapat dilakukan dengan cara thermogravimetri.Prinsip thermogravimetri adalah penguapan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan.
Untuk mencari berapakah kadar air yang terkandung dalam minyak yaitu dengan menggunakan persamaan antara lain :
Kadar air = Berat minyak sebelum dipanaskan – berat minyak dudah dipanaskan
Berat minyak sebelum dipanaskan
Dengan demikian maka didapatlah kadar air yang terkandung dalam minyak yaitu 2,1 %

VII. Daftar pustaka
Harun Nurbaiti.2006.Penuntun praktikum kimia sawit.Universitas Jambi:Jambi
Lamsihar Gamael g.2007.Laporan Penelitian Saponifikasi.USU:Medan
www.wikipedia-kimia:2009.co.id









Percobaan 8
PENENTUAN TITIK CAIR DAN BOBOT JENIS

DISUSUN OLEH :
NAMA : ABDI SILABAN
NIM : F0A007016
PRODI : KIMIA INDUSTRI










Percobaan 8
PENENTUAN TITIK CAIR DAN BOBOT JENIS

I. Tujuan
· Untuk mengetahui sifat minyak berdasarkan titik cair minyak
· Untuk mengetahui bobot jenis minyak

II. Landasan teori
Titik cair minyak atau lemak tidak merupakan kisaran suhu tertentu. Hal ini disebabkan minyak atau lemak disusun oleh campuran gliserida dan komponen lainnya.
Asam lemak selalu menunjukkan kenaikan titik cair dengan semakin panjangnya rantai karbon dan semakin jenuhnya lemak tersebut. Lemak yang berstruktur trans mempunyai titik cair yang tinggi dari pada cis.
Bobot jenis merupakan perbandingan berat dari volume minyak atau lemak pada suhu 25 0C dengan berat air pada volume dengan suhu yang sama.










III. Persiapan kerja
a. Persiapan alat
· · Pipa kapiler
· Freezer
· Thermometer
· Penangas air
· Plknometer

b. Persiapan bahan
· Minyak
· Aquades














IV. Prosedur kerja
1. Penentuan titk cair minyak
Lemak/minyak/sampel

Pipa kapiler gelas
Dicairkan

Dicelupkan sehingga masuk cairan
Ujung pipa ditutup dan diangkat dan ujung lain ditutup dengan jalan memanaskan diatas api sehingga ujung pipa meleleh dan tertutup



Freezer

Dibekukan ( 4 – 100C )

Thermometer

Diikat pada pipa kapiler
Dan dicelupkan dalam air dingin yang suhunya dinaikkan bertahap rata – rata 0,50C / menit



Lemak / minyak

Menjadi jernih
Mencair sempurna


Panaskan terus

Sampai isi pipa jernih

Suhu yang menunjukan cairan dalam pipa kapiler jernih adalah titik cair minyak





Hasil Pengamatan

2. Penentuan bobot jenis minyak
Sampel/minyak/lemak

Dimasukkan kedalam kemudian ditutup
Direndam dalam air suhu 250 ± 0,20 C selama 30 menit



Keringkan

Bagian luar piknometer


Timbang

Dengan jalan yang sama piknometer isi dengan air dan timbang


Hasil Pengamatan













V. Pembahasan
Setelah melakukan percobaan Penentuan titik cair dan bobot jenis, maka didapat data percobaan, yaitu sebagai berikut :


No Percobaan Pengamatan

1








2 Penentuan bobot jenis minyak
CPO dimasukkan kedalam piknometer.
Tutup dan direndam dalam air pada suhu 25 0C selama ± 30 menit lalu keringkan




Penentuan titik cair minyak
CPO dicairkan dan dimasukkan kedalam pipa kapiler kemudian dibekukan kedalam batu es.
Pipa kapiler dipanaskan dengan penangas air sampai pipa kapiler jernih
· Berat piknometer kosong 30 = 15,7 gram
· Berat piknometer kosong 25 = 14,8 gram
· Berat piknometer 30 + air = 25,4 gram
· Berat piknometer 25 + CPO = 23,9 gram
· Berat piknometer 30 + air setelah dikeringkan = 25,4 gram
· Berat piknometer 25 + air setelah dikeringkan = 25,4 gram

Minyak CPO membeku

· Pada suhu 460C à mulai mencair
· Pada suhu 680C à ½ jernih
· Pada suhu 840C à 2 1/3 jenih
· Pada suhu 990C à jernih semuanya


Setelah didapat data pengamatan maka kita dapat menghitung bobot jenis minyak dengan persamaan, antara lain :

Bobot jenis minyak = bobot piknometer dan minyak - bobot piknometer kosong
Bobot piknometer dan air – bobot piknometer kosong

Dengan menggunakan persamaan berikut maka diketahui :
· Piknometer kosong = 14,80 gram
· Massa piknometer + minyak = 23,9 gram
· Massa minyak = 23,9 – 14,80 = 9,10 gram
· Vol piknometer = 10 ml
Minyak = massa minyak
Vol.piknometer
= 9,10 gram
10 ml
= 0,19 gram/ml
Titik cair pada minyak didapatkan 990C pada waktu 1050 second.
Jadi minyak adalah 0,19 gram/ml

VI. Kesimpulan
Titik cair minyak atau lemak tidak merupakan kisaran suhu tertentu. Hal ini disebabkan minyak atau lemak disusun oleh campuran gliserida dan komponen lainnya. Bobot jenis merupakan perbandingan berat dari volume minyak atau lemak pada suhu 25 0C dengan berat air pada volume dengan suhu yang sama.
Dengan persamaan berikut kita dapat menghitung bobot jenis minyak , antara lain :
Bobot jenis minyak = bobot piknometer dan minyak - bobot piknometer kosong
Bobot piknometer dan air – bobot piknometer kosong

Atau

Minyak = massa minyak
Vol.piknometer
Dengan demikian didapat titik cair pada minyak didapatkan 990C pada waktu 1050 second, dan minyak adalah 0,19 gram/ml

VII. Daftar pustaka
Harun Nurbaiti.2006.Penuntun praktikum kimia sawit.Universitas Jambi:Jambi
Lamsihar Gamael g.2007.Laporan Penelitian Saponifikasi.USU:Medan
www.wikipedia-kimia:2009.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar